ARTIKEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Disusun sebagai
Bagian dari Pengembangan Keprofesian
OLEH :
NAMA : SUPARMAN, S.KOM
UNIT KERJA : SMA NEGERI 1 TANGEN
NIP : 19830301 200903 1 003
TAHUN 2023
Naskah Artikel
Hasil PTK yang berjudul :
telah disahkan pada Hari : Senin
Tanggal, 9 Juni 2023
Oleh :
Mengetahui Kepala SMA Negeri 1 Tangen
Maria Magdalena Sri Rahayu, S.S, M.Pd NIP. 19700216 199802
2 002 |
|
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
NASKAH
Saya yang bertanda
tangan di bawah ini,
Nama :
Suparman, S.Kom
Unit Kerja : SMA
Negeri 1 Tangen
NIP : 19830301 200903 1 003
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya berjudul
sebagai berikut.
Naskah tersebut merupakan merupakan karya asli/orisinil, yang ditulis dan disusun
sendiri oleh penulis dengan kaidah
penulisan karya ilmiah bukan hasil plagiat.
Demikian pernyataan ini
saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dan ketidakbenaran dalam pernyataan
ini, maka saya bersedia memperbaiki dan menerima sanki sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Juni 2023
Yang Menyatakan
NIP. 19830301 200903 1 003
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. berkat rahmat
dan hidayah- Nya karya artikel hasil
PTK dengan judul PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA DAMPAK SOSIAL
INFORMATIKA KELAS X.1 SMA NEGERI 1
TANGEN ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan karya ini penulis banyak mendapat
bimbingan, dorongan dan arahan
dari berbagai pihak. Oleh karenanya
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Maria ,
Kepala SMA Negeri
1 Tangen yang telah memberikan
bimbingan, pembinaan, dan motivasi menyusun naskah ini.
2. Rekan-rekan
Guru dan Karyawan SMA Negeri 1
Tangen telah memberikan motivasi, dan
bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan ini.
3. Semua
pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan sehingga penulisan karya ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga kebaikan dari semua pihak tersebut mendapatkan
pahala yang berlimpah dari sisi Allah SWT.
Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
guna penyempurnaan karya ini. Penulis berharap agar karya ini memberi manfaat
bagi penulis khususnya, maupun bagi para guru dalam upaya peningkatan pembelajaran.
TANGEN,
JUNI 2023
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................. iii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.
Tujuan Penelitian................................................................................... 2
D.
Manfaat Penelitian................................................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORI
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS.............................. 3
A.
Kajian Teori........................................................................................... 3
B.
Deskripsi................................................................................................ 4
C.
Kerangka Berpikir................................................................................. 7
D.
Hipotesis Tindakan................................................................................ 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 9
A.
Setting Penelitian................................................................................... 9
B.
Subjek dan Objek Penelitian................................................................. 9
C.
Data dan Sumber Data......................................................................... 10
D.
Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 10
E.
Validasi Data....................................................................................... 11
F.
Analisis Data........................................................................................ 11
G.
Prosedur Penelitian.............................................................................. 12
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL TINDAKAN....................................... 15
A.
Deskripsi Data Kondisi Awal............................................................... 15
1.
Deskripsi Data Aktivitas Belajar.................................................... 15
2.
Deskripsi Data Hasil Belajar.......................................................... 15
B.
Deskripsi Data Siklus I......................................................................... 16
1.
Data aktivitas belajar...................................................................... 16
2.
Data hasil belajar............................................................................ 16
C.
Deskripsi Hasil Siklus II....................................................................... 17
1.
Data aktivitas belajar...................................................................... 17
2.
Data hasil belajar............................................................................ 17
D.
Pembahasan.......................................................................................... 18
E.
Hasil Tindakan..................................................................................... 19
BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 20
A.
Simpulan..................................................................................................... 20
B.
Implikasi..................................................................................................... 20
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................... 22
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH PADA DAMPAK SOSIAL
INFORMATIKA KELAS XG SMA NEGERI 1 TANGEN
SUPARMAN, S.KOM
NIM 201502047799 / A971230103
PRORAM PROFESI GURU UNIVERSITAS
MUHAMADIYAH SURAKARTA
Pendidikan ialah
salah satu sarana untuk mewujudkan masyarakat yang bermutu. Oleh sebab itu, perlu adanya
peningkatan kualitas pendidikan. Gambaran kualitas pendidikan di sekolah adalah
hasil belajar siswa yang dicapai oleh siswa di sekolah tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah pada mata pelajaran informatika di sekolah SMAN 1 Tangen. Jenis
penelitian ini mengunakan penelitian tindakan kelas (PTK) Model Lewin Menurut
Suyadi secara garis besar memilik tahapan dalam penelitian tesersebut yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Jumlah siswa di kelas X1
. SMAN 1 Tangen berjumlah
23 siswa siswa yang merupakan subjek dalam penelitian ini. Untuk pengumpulan
data peneliti menggunakan tes, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian
dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada setiap siklusnya. Dapat dibuktikan dalam siklus pertama
hasil belajar siswa meningkat menjadi
33,3%. Dan pada siklus kedua meningkat hingga 78,8%
sehingga dapat mencapai ketuntasan minimum, untuk itu pada siklus kedua
dinyatakan dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah dikatakan
berhasil.
Kata Kunci : Pendidikan, Pembelajaran Berbasis Masalah, Hasil Belajar.
Pendidikan adalah proses sistematis untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, nilai, dan norma-norma kepada individu melalui berbagai
metode dan media. Ini adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk
menyampaikan warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai kepada generasi
muda agar mereka dapat berkembang secara pribadi, sosial, dan intelektual.
Secara lebih luas,
pendidikan tidak terbatas
pada lingkungan sekolah
saja, tetapi juga melibatkan proses pembelajaran di
lingkungan keluarga, masyarakat, dan melalui pengalaman langsung dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan memiliki
peran kunci
dalam membentuk kepribadian, meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, mengembangkan keterampilan, serta
mempersiapkan individu untuk
berkontribusi dalam
masyarakat dan dunia kerja.
Selain itu, pendidikan juga merupakan proses dinamis yang
terus berlangsung sepanjang kehidupan, karena pembelajaran tidak pernah
berhenti setelah seseorang meninggalkan lingkungan sekolah. Pendidikan adalah
fondasi bagi perkembangan individu, masyarakat,
dan bangsa dalam mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Pendidikan merupakan sarana untuk pengembangan potensi–potensi kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia sempurna
(Haderani, 2018). Pendidikan berperan untuk meningkatkan potensi untuk membuat
sifat dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa.
Peran guru menjadi penentu keberhasilan misi pendidikan dan pembelajaran di
sekolah, guru bertanggung jawab mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana
yang kondusif mendorong siswa melakukan kegiatan.
Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks dan saling terkait. Beberapa faktor utama yang memengaruhi keberhasilan pendidikan meliputi:
1. Faktor Siswa:
Keterlibatan siswa, motivasi belajar, bakat, kemampuan belajar, kesehatan fisik dan mental,
serta latar belakang
sosial-ekonomi mereka merupakan faktor penting dalam menentukan
keberhasilan pendidikan.
2. Faktor Keluarga:
Dukungan dan keterlibatan orang tua atau wali, lingkungan keluarga yang
mendukung pembelajaran, serta nilai-nilai yang ditanamkan di rumah sangat berpengaruh terhadap
prestasi akademik dan kesejahteraan siswa.
3. Faktor Sekolah:
Kualitas pengajaran, kepemimpinan sekolah, ketersediaan sumber daya pendidikan
(seperti buku teks, fasilitas, dan teknologi), budaya sekolah yang inklusif dan mendukung, serta kebijakan sekolah
memengaruhi pengalaman belajar siswa dan keberhasilan akademik mereka.
4. Faktor Kurikulum dan Metode
Pembelajaran: Relevansi kurikulum, keberagaman metode
pembelajaran, serta penerapan strategi pembelajaran yang inovatif dan efektif berperan
penting dalam meningkatkan pemahaman siswa dan keterampilan mereka.
5. Faktor Masyarakat:
Dukungan masyarakat terhadap pendidikan, ketersediaan program pendukung di luar
sekolah (seperti kegiatan ekstrakurikuler, program mentoring, dan bantuan
beasiswa), serta akses terhadap layanan kesehatan dan fasilitas pendukung lainnya juga berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan.
6. Faktor Kebijakan Pendidikan:
Kebijakan pemerintah terkait dengan pendanaan pendidikan, standar
akademik, evaluasi dan pengukuran kinerja,
serta upaya untuk memastikan inklusivitas dan
kesetaraan akses pendidikan memiliki dampak besar terhadap sistem pendidikan
secara keseluruhan.
7. Faktor Kultural dan Lingkungan
Sosial: Nilai-nilai budaya, norma-norma sosial, dan faktor-faktor lingkungan seperti kondisi ekonomi,
politik, dan sosial masyarakat juga turut memengaruhi
pendidikan.
Semua faktor ini saling berinteraksi dan memengaruhi
keberhasilan pendidikan secara keseluruhan.
Menciptakan lingkungan yang mendukung dan menyelaraskan upaya dari
berbagai pihak adalah kunci untuk meningkatkan keberhasilan
Proses belajar mengajar di
SMA (Sekolah Menengah Atas) bervariasi dan mencakup berbagai aspek yang penting bagi perkembangan siswa. Beberapa tujuan
utama belajar di SMA antara lain:
1. Pemahaman Konsep Akademik:
Tujuan utama dari pendidikan di SMA adalah memberikan pemahaman yang mendalam
tentang berbagai disiplin ilmu, seperti matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
sosial, bahasa, dan seni. Siswa diharapkan dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan dalam setiap mata pelajaran.
2. Pengembangan Keterampilan:
Selain pengetahuan akademik, SMA juga bertujuan untuk mengembangkan berbagai
keterampilan siswa, termasuk keterampilan berpikir kritis, kreativitas,
pemecahan masalah, komunikasi, kolaborasi, dan keterampilan digital. Hal ini penting untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan di dunia nyata
dan pasar kerja yang semakin kompleks.
3. Pemantapan Nilai dan Etika:
Pendidikan di SMA juga bertujuan untuk membentuk karakter siswa, memperkuat
nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, kerja sama, keadilan, dan rasa
empati. Selain itu, SMA juga merupakan waktu
yang tepat untuk memperdalam pemahaman tentang etika dan moral dalam berbagai konteks.
4. Persiapan Pendidikan Tinggi atau
Karir: SMA mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi, seperti perguruan tinggi atau universitas, atau memasuki
dunia kerja. Tujuan ini melibatkan penyediaan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk sukses dalam pendidikan dan karir yang dipilih.
5. Pengembangan Kemampuan Kepemimpinan
dan Kemandirian: SMA juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
kepemimpinan dan kemandirian siswa. Melalui berbagai
kegiatan ekstrakurikuler, proyek,
dan tanggung jawab di
sekolah, siswa diajak untuk mengembangkan rasa inisiatif, kepemimpinan, dan
kemandirian dalam mengelola waktu dan tugas.
6. Penanaman Kesadaran Sosial dan Kewarganegaraan: Pendidikan di SMA juga bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran sosial dan kewarganegaraan siswa, serta mempersiapkan mereka untuk
menjadi anggota masyarakat yang aktif, bertanggung jawab, dan peduli terhadap
isu-isu sosial dan lingkungan.
Hal ini diakibatkan karna model atau
metode pembelajaran yang kurang tepat, minimnya sumber atau media
belajar serta kurangnya minat belajar siswa. Oleh karena
itu guru perlu mengetahui dan memahami suatu model pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum dan mata pembelajaran serta materi yang akan disampaikan agar pembelajaran
tidak berjalan monoton.
Salah
satu model pembelajaran yang cocok adalah
berbasis masalah adalah
metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai
konteks untuk peserta didik belajar, berfikir kritis dan ketrampilan memecahkan
masalah, dan memperoleh pengetahuan (Susanto, 2020).
Untuk itu berdasarkan permasalahan
tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Penerapan
model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar
Informatika siswa kelas X G SMA Negeri 1 Tangen .
PBL atau Problem-Based Learning
(Pembelajaran Berbasis Masalah) adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan tantangan atau masalah sebagai
pusat dari proses belajar
mengajar. Berikut adalah kerangka berpikir
umum yang digunakan dalam PBL dalam pendidikan:
1. Identifikasi Masalah: Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah yang akan menjadi fokus pembelajaran. Masalah ini haruslah relevan, menantang, dan memerlukan pemecahan melalui pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran.
2. Timbal Balik (Feedback): Memberikan umpan balik adalah bagian penting dalam PBL. Siswa perlu mendapatkan umpan balik secara teratur tentang progres mereka dalam memecahkan masalah, baik dari instruktur maupun dari sesama anggota tim.
3. Kolaborasi: PBL
mendorong kolaborasi antara siswa. Mereka belajar dari pengalaman satu sama lain, membagikan pengetahuan dan strategi, serta bekerja
bersama untuk mencapai pemecahan masalah yang optimal.
4. Pembelajaran Mandiri:
Meskipun kolaborasi penting, siswa juga diharapkan untuk melakukan pembelajaran
secara mandiri. Mereka perlu mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka sendiri,
mengembangkan strategi untuk
memecahkan masalah, dan mengeksplorasi sumber daya yang tersedia.
5. Koneksi dengan Dunia Nyata:
Salah satu keunggulan PBL adalah kemampuannya untuk membuat koneksi antara
materi pelajaran dengan situasi dunia nyata. Siswa tidak hanya belajar
konsep-konsep teoritis, tetapi juga menerapkan
pengetahuan mereka untuk memecahkan masalah
yang relevan dalam konteks kehidupan nyata.
6. Pembelajaran Aktif: PBL menekankan pembelajaran aktif, di mana siswa secara aktif terlibat dalam proses pemecahan masalah, diskusi, dan refleksi. Mereka tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga pembuat pengetahuan.
7. Evaluasi Formatif: Evaluasi dalam PBL bersifat formatif, yang berarti itu dilakukan secara berkala selama proses pembelajaran. Ini membantu siswa dan instruktur untuk memantau kemajuan, mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan, dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran sesuai kebutuhan.
Dengan menggunakan kerangka
berpikir ini, PBL memberikan pengalaman pembelajaran yang berpusat pada siswa, mempromosikan pemahaman
yang mendalam, penerapan pengetahuan dalam konteks
yang relevan, dan pengembangan keterampilan berpikir kritis serta
kolaboratif.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai
suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkin siswa dapat belajar. Menurut
Ratumanan (2004), pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa.
Secara eksplisit terlihat bahwa pembelajaran adalah
kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Selanjutnya menurut Ekayani (2017),
pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek
yang saling berkaitan (Korompot dkk, 2020; Sunardjo dkk, 2016).
Menurut Ratumanan (2004), istilah pembelajaran digunakan
karena istilah ini lebih tepat mengambarkan upaya untuk membangkitkan inisyatif
dan peran siswa dalam belajar, pemebelajaran lebih menekankan pada bagimana
upaya guru untuk mendorong atau memfasilitasi siswa. Istilah pembelajaran lebih
mengambarkan bahwa siswa lebih banyak berperan dalam mengkonstruksi pengetahuan
bagi dirinya, dan bahwa pengetahuan itu bukan
hasil proses transformasi bagi guru. berikut adalah beberapa ciri pembelajaran
yang perlu diperhatikan oleh guru:
1. Relevansi: Pembelajaran harus relevan dengan kebutuhan dan minat siswa, serta
dapat diterapkan dalam konteks kehidupan nyata.
2. Interaktif:
Pembelajaran harus melibatkan interaksi aktif antara guru dan siswa, serta antara
siswa satu sama lain. Ini mencakup diskusi,
kolaborasi, dan pertukaran gagasan.
3. Keterlibatan Siswa:
Siswa harus terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran, baik secara fisik maupun mental. Mereka harus diberi
kesempatan untuk berpikir, bertanya, mencoba, dan
bereksperimen.
4. Diferensiasi:
Guru perlu memperhatikan kebutuhan individu siswa dan memberikan pendekatan yang diferensiasi sesuai
dengan gaya belajar,
tingkat kemampuan, dan minat mereka.
5. Kontekstual: Pembelajaran harus ditempatkan dalam konteks yang relevan dengan pengalaman dan latar belakang
siswa, sehingga memudahkan mereka untuk memahami dan mengaitkan materi
pelajaran dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.
6. Kolaboratif: Pembelajaran harus mendorong kerja sama dan kolaborasi antara siswa, memungkinkan mereka untuk belajar dari satu sama lain dan membangun keterampilan sosial.
7. Pembelajaran Berbasis Masalah: Guru perlu memperkenalkan masalah atau tantangan yang menantang siswa untuk berpikir kritis, mencari solusi, dan menerapkan pengetahuan dalam situasi nyata.
8. Formatif:
Pembelajaran harus mendukung umpan balik formatif yang berkelanjutan, memungkinkan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar
siswa dan menyusun strategi pembelajaran yang sesuai.
9. Menginspirasi dan Mendorong:
Pembelajaran harus menginspirasi dan mendorong
siswa untuk mencapai
potensi terbaik mereka,
serta membangkitkan minat dan
semangat belajar.
10. Reflektif: Siswa harus didorong
untuk merefleksikan proses pembelajaran mereka, mengidentifikasi pencapaian,
tantangan, dan strategi yang efektif untuk pembelajaran selanjutnya.
Hasil belajar adalah pencapaian atau hasil yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti suatu proses
pembelajaran. Hal ini mencakup pemahaman konsep, penguasaan keterampilan, pengembangan sikap dan nilai,
serta kemampuan untuk
mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks kehidupan nyata.
Hasil belajar dapat diukur melalui berbagai cara, termasuk
ujian, tes, proyek, penugasan, presentasi, dan observasi. Tujuan dari pengukuran hasil belajar adalah untuk mengevaluasi sejauh mana siswa telah
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, serta untuk memberikan
umpan balik yang berguna kepada siswa, guru, dan stakeholder pendidikan lainnya.
Hasil belajar tidak hanya mencakup aspek akademik, tetapi
juga aspek sosial, emosional, dan keterampilan hidup yang penting untuk
perkembangan holistik siswa. Dengan demikian, hasil belajar tidak hanya
mencerminkan penguasaan materi pelajaran, tetapi juga kemampuan siswa dalam berpikir kritis,
berkomunikasi, bekerja sama, dan mengatasi tantangan dalam kehidupan
sehari-hari.
Hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan
yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Penilaian hasil belajar
merupakan aktivitas yang sangat
penting dalam proses pendidikan. Hasil belajar siswa tidak sealu mudah untuk
dinilai.
Dalam sistem pendidikan nasional,
rumusan hasil belajar banyak menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom (Cunayah dan Sembiring, 2009)
yang secara garis besar
terbagi atas 3 ranah, yaitu;
a.
Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil beajar intelektual. Dalam ranah kognitif terdiri dari enam aspek yang tersusun mulai dari yang sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap
dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tapak pada siswa dalam berbagai
tingkah laku, seperti
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motifasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Hasil belajar
ranah afektif terdiri
dari lima kategori, yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan
karakterisasi.
c.
Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotor tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak. terdapat enam tingkatan
keterampilan, yaitu: gerakan reflex, keterampilan pada gerakan dasar, kemampuan
konseptual, kemampuan di bidang fisik, gerakan skill, dan kemampuan yang
berkenan dengan komunikasi non-Decursive seperti gerakan ekspresif dan gerakan
kompleks.
Pembelajaran berbasis masalah dalam
bahasa inggrisnya diistilahkan Problem
based learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat
konfrontasi kepada pebelajar dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill- structuredatau open ended (Santyasa, 2008).
Model pembelajaran berbasis masalah
adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa yang menyuguhkan
berbagai masalah yang autentik dan bemakna kepada siswa, yang dapat berfungsi
sebagai batu loncatan untuk investasi dan penyelidikan (Arends, 2008).
Pembelajaran berbasis masalah dirancang
untuk membantu siswa mencapai tujuan-tujuan
seperti meningkatkan keterampilan intelektual dan investigasi, keterampilan menyelesaikan masalah, dan membantu siswa untuk
menjadi pelajar yang mandiri dan otonom (Arends, 2008).
Model pembelajaran ini memiliki
ciri-ciri penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melihat
dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep
penting, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai
keterampilan mengarahkan diri.
Pembelajaran berbasis masalah penggunaannya di dalam tingkat
berpikir yang lebih tinggi dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk
bagaimana siswa belajar.
Dalam model pembelajaran berbasis masalah,
guru berperan sebagai penyodor/penyaji masalah, pemberi
pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Selain itu, guru menyampaikan
dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan
intelektual siswa. Pembelajaran berbasis masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan terbuka dan membimbing pertukaran ide.
Jenis penelitian ini merupakan tindakan
kels (PTK) yaitu meneliti tentang peningkatan hasil belajar siswa atau prestai siswa
X G SMA N 1 Tangen dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu
tindakan yang dilakukan disiplin inkuri, atau suatu usaha seseorang untuk
emahami apa
yang sedang terjadi,
sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Secara lebih luas penelitian tindakan
diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan
tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang
diteliti dan mengamatiKemiis 1983 menjelaskan bawa penelitian tindakan kelas
adalah sebuah bentuk inkuri reflektif yang dilakukan secara kementrian mengenai
situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionlitas
dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b)
pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c)
situasi memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini. Tindakan yang secara
sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru
yang kemudian dilakukan oleh siswa (Hasibuan dan Sylvia, 2020).
Prosedur atau langkah yang akan
ditempuh dari penelitian ini meliputi beberapa prosedur diantaranya adalah perencanaan, Pelaksanaan, oservasi, refleksi. Prosedur siklus penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah secara garis besar ada empat tahapan dalam penelitian
tindakan kelas yang membentuk satu siklus PTK, dapat diliat pada Gambar 1.
Gambar 1. Rancangan dan Prosedur Penelitian
Hasil belajar siswa merupakan objek
penelitian ini. Teknik pengumpulan data dalam penilitian ini mengunakan
Instrument tes dimana oservasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas selama pembelajaran
berlangsung. Sedangkan instrument tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang dilakukan
pada akhir akhir tiap siklus.
Tes tes akhir siklus dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar siswa pada
tiap siklus. Pengumpulan data diperoleh dari kegiatan belajar mengajar dengan
.mengunakan model pembelajaran PBL pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi.
Analisis hasil belajar menggunakan data
hasil tes dan praktek Selanjutnya yang akan dilakukan adalah menghitung nilai
rata-rata hasil tes tiap siklus.
Penelitian tindakan kelas yang telah
dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan hasil belajar informatika siswa kelas X G SMA Negeri 1 Tangen.
Pelaksanaan siklus I terdapat empat kali pertemuan dengan jumlah 23 siswa.
Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan.
Dapat diliat pada tabel berikut.
Tabel 1. Analisis
Ketuntasan Hasil Belajar
Siswa
No |
Nilai |
Siswa |
Persentase (%) |
Kategori |
1 |
X < 70 |
18 |
66,7% |
Belum Tuntas |
2 |
X ≥ 70 |
7 |
33,3% |
Tuntas |
Berdasarkan tabel 1 diketahui
bahwa nilai rata-rata
pada siklus 1 dengan prestase 33,3% berdasarkan hasil yang
dicapai pada siklus 1 maka kekurangan-kekurangan tersebut perlu adanya
perbaikan pada siklus berikutnya.
Tahap perencanaan pada siklus ke dua
hampir sama dengan siklus pertama akan tetapi
ada sedikit perbaikkan agar pada siklus
dua agar hasil
belajar siswa lebih
meningkat. Pada pengamatan pada siklus pertama ada beberapa hal yang
perlu dilakukan dan ditingkatkan lagi pada siklus ke dua. Dapat diliat pada
tabel berikut.
Tabel 2. Prestasi
Hasil Siklus 2
No |
Nilai |
Siswa |
Persentase (%) |
Kategori |
1 |
X < 70 |
3 |
21,2% |
Belum Tuntas |
2 |
X ≥ 70 |
20 |
78,8% |
Tuntas |
Pada siklus ke dua dapat mengatasi
kendala atau masalah pada siklus pertama dikarenakan dapat dilihat banyak siswa
yang begitu bersemangat mengikuti proses pembelajaran, siswa yang mengalami
peningkatan dalam artian dapat mencapai kompetensi dasar.
Selama pelaksanaan tindakan pada siklus
I, terdapat hal yang membuat siswa belajar siswa pada model pembelajaran
berbasis masalah masih rendah. Hasil belajar siswa rendah pada siklus I ini tentu di pengaruhi oleh beberapa factor
diantaranya selama proses
pembelajaran berlangsung siswa masih terlihat bingung dan kurang jelas saat
mengerjakan LKS maupun
soal evaluasi tersebut
tidak berwarna sehingga
siswa kesulitan dalam
mengamati dan menganalisis. Kemudian saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran
masih ada siswa yang terlihat bermain handphone dan kurang memperhatikan kedepan kelas. Kemudian selain itu, peneliti yang bertindak sebagai
guru masih merasa kurang
dalam penyampaian materi,
peneliti hanya menjelaskan secara garis
besar dan kurang
mendetail sehingga mengakibatkan materi kurang tersampaikan dengan baik kepada siswa. Hal ini menjadi refleksi
bagi peneliti dan siswa pada siklus
I sehingga dapat mengambil sikap
serta memperbaikinya dalam proses pembelajaran pada siklus II. Pada proses pembelajaran dalam siklus II mengalami perubahan
dari masing- masing siswa. Siswa terlihat sudah mulai serius dalam mengerjakan soal evaluasi dan memperlihatkan suasana tenang saat
mengerjakan. Selain itu siswa juga sudah
terlihat mulai memberikan respon
terhadap apa yang disajikan oleh peneliti. Sehingga peneliti juga merasa sudah cukup mengakrabkan diri dengan siswa dan peneliti
juga mulai mengetahui kemampuan
dari masing-masing siswa
dengan melihat seringnya
siswa bertanya dan memberikan tanggapan
ketika peneliti sedang
menjelaskan materi.
Hasil belajar diperoleh setelah siswa
mengalami berbagai kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan dalam dirinya.
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan kriteria atau patokan-patokan tertentu. Dalam
pengukuran hasil belajar
siswa dapat menggunakan teknik test.
Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa pada siklus II dan
telah memperoleh hasil 78.8% siswa telah tuntas dan sudah melebihi standar yang
ditetapkan disekolah. maka dapat dinyatakan bahwa perbaikan pembelajaran ini
telah berhasil.
Dengan
demikian, peneliti berhasil
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah di kelas X G SMA Negeri 1 Tangen pada materi Informatika.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas yang telah
dilakukan kelas X G SMA Negeri 1 Tangen , maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran informatika kelas X G.
SMAN 1 Tangen , dari hasil penelitian tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 33.3% dan mengalami
peningkatan pada siklus II
yaitu sebesar
78.8% jadi tingkat ketuntasan hasil belajar siswa dari
siklus I dan siklus II terjadi peningkatan sebeesar 45.5%,
maka target tyang
diinginkan telah tercapai
untuk ketuntasan hasi; belajar
siswa, karena pada akhir siklus
telah mencapai sesuai
teraget yang ditentukan yaitu 70%.
Saran dari peneliti yang pertama guru
dapat menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran berbasis masalah bukan
saja untuk mata pelajaran Informatika melaikan bisa digunakan untuk mata pelajaran
kopetensi lainnya, yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Selanjutnya perlu memberikan motivasi dan dukungan kepada siswa untuk
lebih berani bertanya apabila belum mengerti materi, dan dapat memberikan
pendapat kepada guru dan teman siswa lainnya.
Arends, R., (2008).
Learning to Teach. Jokjakarta: Pustaka Pelajar
Cunayah, C., dan Sembiring S. (2009). Belajar dan pembelajaran.
Ekayani, P. (2017). Pentingnya
penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja, 2(1),
1-11.
Haderani, H. (2018). Tinjauan Filosofis
Tentang Fungsi Pendidikan Dalam Hidup Manusia. Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1).
Hasibuan, R. F.,
& Sylvia, I. (2020). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui
Penerapan Strategi Inquiry
Pada Pembelajaran Sosiologi Kelas XI
IPS di SMAN
1 Batang Gasan. Jurnal Sikola:
Jurnal Kajian Pendidikan Dan Pembelajaran, 2(1), 44-52.
Korompot, S., Rahim, M., & Pakaya,
R. (2020). Persepsi siswa tentang faktor yang mempengaruhi minat belajar. JAMBURA Guidance and Counseling Journal, 1(1),
40-48.
Maksum, A. (2009). Paradoks guru
pendidikan jasmani. Journal of Physical
Education and Sport, 1(1), 1-13.
Ratumanan, T., G., (2004). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta
Santyasa, W., (2008). Pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif. Disajikan dalam pelatihan tentang
pembelajaran dan asesmen
inovatif bagi guru- guru sekolah menengah: Nusa Penida
Somnaikubun, D., Paat, W. R. L., &
Palilingan, V. R. (2022). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Simulasi dan Komunikasi Digital Siswa SMK. Edutik: Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi, 2(2), 295-307.
Sunardjo, R. N.,
Yudhianto, S. A., & Rahman, T. (2016). Analisis implementasi keterampilan
berpikir dasar dan kompleks dalam buku IPA pegangan siswa SMP kurikulum 2013
dan implementasinya dalam pembelajaran. In Proceeding
Biology Education Conference (Vol. 13, No. 1, pp. 133-144).
Susanto, S.
(2020). Efektifitas small group discussion dengan model problem based learning
dalam pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Modern, 6(1),
55-60.
© Copy Right - 2021-SMA NEGERI 1 TANGEN SRAGEN. All Rights Reserved.